TUGAS
INDIVIDU
PEREKONOMIAN
INDONESIA
Perbandingan
Perekonomian Masa Orde Lama, Orde Baru dan Reformasi
Disusun
Oleh :
NAMA : DANDY HAFIDH FAUZI
NIM : 43213120052
BIDANG
STUDI : S1-AKUNTANSI
UNIVERSITAS
MERCU BUANA
TAHUN
PELAJARAN 2014/2015
PERBANDINGAN
PEREKONOMIAN INDONESIA PADA MASA ORDE LAMA, ORDE BARU, DAN REFORMASI
Ekonomi suatu negara
merupakan salah satu bahasan penting yang terus-menerus diperbincangkan. Hal
tersebut dikarenakan kondisi ekonomi pada suatu negara selalu menunjukkan
perubahan-perubahan yang menghasilkan dinamika ekonomi yang mana hal tersebut
sangat mempengaruhi keadaan negara secara keseluruhan. Kondisi ekonomi suatu
negara berkaitan erat dengan pemerintah yang berperan besar dalam menentukan
kebijakan-kebijakan ekonomi. Oleh karena itu, pergantian kepemimpinan dalam
suatu negara bisa menjadi momentum dari perubahan ekonomi. Seperti halnya di
Indonesia, Orde Lama, Orde Baru, dan pasca Reformasi memperlihatkan orientasi
pembangunan ekonomi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Orientasi
pembangunan yang dimaksud adalah orientasi pembangunan ke dalam dan ke luar.
Pembangunan berorientasi ke dalam yaitu usaha stablisasi ekonomi dengan
memperkuat usaha-usaha dalam negeri, sedangkan pembangunan berorientasi ke luar
yakni pembangunan dengan melakukan stabilisasi ekonomi negeri dengan
memanfaatkan sumber luar negeri.
Pada
masa Orde Lama,
Indonesia baru saja memproklamasikan kemerdekaannya. Akan tetapi kenyataannya,
kekuatan asing terutama Belanda terus menerus berusaha merongrong kedaulatan
yang dimiliki Indonesia. Oleh karena
itu, fokus pemerintahan berdaulat
Indonesia belumlah masuk ke dalam pembenahan perekonomian. Indonesia masih
sibuk untuk mempertahankan kemerdekaan dan mencari dukungan luar negeri untuk
mengakui kemerdekaan negara Indonesia. Sistem demokrasi yang parlementer
mengakibatkan pergantian kabinet yang terlau sering. Umur kabinet terlalu
pendek sehingga tidak bisa menjalankan program-programnya dengan baik. Hal ini
adalah salah satu dampak negatif dari adanya demokrasi yang terlalu banyak
terjadi perbedaan pendapat dan kepentingan. Pada masa Orde Lama dibawah
pimpinan Soekarno bersikap anti batuan asing dan berorientasi ke dalam.
Soekarno menyatakan bahwa nilai kemerdekaan yang paling tinggi adalah berdiri
di atas kaki sendiri atau yang biasa disebut “berdikari” (Mas’oed, 1989:76).
Soekarno tidak menghendaki adanya bantuan luar negeri dalam membangun
perekonomian Indonesia. Pembangunan ekonomi Indonesia haruslah dilakukan oleh
Indonesia sendiri. Bahkan Soekarno melakukan kampanye Ganyang Malaysia yang
semakin memperkuat posisinya sebagai oposisi bantuan asing.
Semangat nasionalisme Soekarno menjadi
pemicu sikapnya yang tidak menginginkan pihak asing ikut campur dalam pembangungan
ekonomi Indonesia. Padahal saat itu di awal kemerdekaannya Indonesia
membutuhkan pondasi yang kuat dalam pilar ekonomi. Sikap Soekarno yang anti
bantuan asing pada akhirnya membawa konsekuensi tersendiri yaitu terjadinya
kekacauan ekonomi di Indonesia. Soekarno cenderung mengabaikan permasalahan
mengenai ekonomi negara, pengeluaran besar-besaran yang terjadi bukan ditujukan
terhadap pembangunan, melainkan untuk kebutuhan militer, proyek mercusuar, dan
dana-dana politik lainnya. Soekarno juga cenderung menutup Indonesia terhadap
dunia luar terutama negara-negara barat. Hal itu diperkeruh dengan terjadinya
inflasi hingga 600% per tahun pada 1966 yang pada akhirnya mengakibatkan
kekacauan ekonomi bagi Indonesia. Kepercayaan masyarakat pada era Orde Lama
kemudian menurun karena rakyat tidak mendapatkan kesejahteraan dalam bidang
ekonomi.
Selama satu setengah
dasawarsa (1951-1966), perekonomian Indonesia tumbuh relatif lamban. Prestasi
ekonomi (diukur dengan pendapatan nasional bruto atau produk domestik bruto)
per kapita hanya tumbuh setingkat 2,7% rata-rata pertahun. Pertumbuhan
tertinggi prestasi ekonomi per kapita terjadi pada tahun 1953, yakni sebesar
22,1%, yang tidak lain adalah berkat adanya Perang Korea. Perang tersebut telah
membuat ekspor Indonesia meningkat pesat.
Pada
masa Orde Lama, terdapat beberapa sektor usaha,
mislanya sektor pertanian, industri, perdagangan, dan lain - lain.
Masing-masing sektor menyumbang andil dalam perekonomian. Akan tetapi sektor
yang paling dominan adalah sektor pertanian, yang merupakan penyumbang terbesar
dengan andil lebih dari 50%. Sektor perdagangan menduduki peringkat kedua
dengan persentase sekitar 15 % disusul sektor industri dengan persentase
sekitar 5%. Sektor pertanian bukan saja merupakan penyumbang terbesar dalam
pembentukan produk nasional maupun produk domestik, tetapi juga pemberi
lapangan kerja yang utama bagi senbagian besar penduduk Indonesia.
Pada Masa Orde Baru di bawah pimpinan Soeharto, slogan
“Politik sebagai Panglima” berubah menjadi “Ekonomi sebagai Panglima”. Pada
masa ini, pembangunan ekonomi merupakan keutamaan, buktinya,
kebijakan-kebijakan Soeharto berorientasi kepada pembangunan ekonomi. Soeharto
berusaha menarik modal dari negara-negara barat. Perekonomian pada masa
Soeharto juga ditandai dengan adanya perbaikan di berbagai sektor dan
pengiriman delegasi untuk mendapatkan pinjaman-pinjaman dari negara-negara
barat dan juga IMF. Jenis bantuan asing ini sangat berarti dalam menstabilkan
harga-harga melalui “injeksi” bahan impor ke pasar. Orde Baru berpandangan
bahwa Indonesia memerlukan dukungan baik dari pemerintah negara kapitalis asing
maupun dari masyarakat bisnis internasional pada umumnya, yakni para banker dan
perusahaan-perusahaan multinasional (Mochtar 1989,67).
Orde Baru
cenderung berorientasi keluar dalam membangun ekonomi. Langkah Soeharto dibagi
menjadi tiga tahap. Pertama, tahap penyelamatan yang bertujuan untuk mencegah
agar kemerosotan ekonomi tidak menjadi lebih buruk lagi. Kedua, stabilisasi dan
rehabilitasi ekonomi, yang mengendalikan inflasi dan memperbaiki infrastruktur
ekonmi. Ketiga, pembangunan ekonomi. Hubungan Indonesia dengan negara lain
dipererat melalui berbagai kerjasama, Indonesia juga aktif dalam organisasi
internasional, terutama PBB, dan penyelesaian konflik dengan Malaysia.
Perekonomian Indonesia pada tahun 1970-an masih tergantung pada ekspor
migas,dan setelah terjadi resesi ekonomi(1984),pemerintah mengambil kebijakan
untuk memperkuatsektor non-migas dengan melakukan deregulasi dalam bidang
ekonomi Awalnya bantuan asing sulit diperoleh karena mereka telah dikecewakan
oleh Soekarno, namun dengan berbagai usaha dan pendekatan yang dilakukan kucuran
dana asing tersebut akhirnya diterima Indonesia. Ekonomi Indonesia mulai
bangkit bahkan akhirnya menjadi begitu kuat.
Selama lebih dari 30 tahun pemerintahan Orde Baru
Presiden Soeharto,
ekonomi Indonesia tumbuh dari GDP per kapita $70
menjadi lebih dari $1.000 pada 1996.
Melalui kebijakan moneter dan keuangan yang ketat, inflasi ditahan sekitar
5%-10%, rupiah
stabil dan dapat diterka, dan pemerintah menerapkan sistem anggaran berimbang.
Banyak dari anggaran pembangunan dibiayai melalui bantuan asing. Pada pertengahan 1980-an
pemerintah mulai menghilangkan hambatan kepada aktivitas ekonomi. Langkah ini
ditujukan utamanya pada sektor eksternal dan finansial dan dirancang untuk
meningkatkan lapangan kerja dan pertumbuhan di bidang ekspor non-minyak. GDP
nyata tahunan tumbuh rata-rata mendekati 7% dari 1987-1997,
dan banyak analisis mengakui Indonesia sebagai ekonomi industri dan pasar utama
yang berkembang. .
Tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dari 1987-1997
menutupi beberapa kelemahan struktural dalam ekonomi Indonesia. Sistem legal
sangat lemah, dan tidak ada cara efektif untuk menjalankan kontrak,
mengumpulkan hutang, atau menuntut atas kebangkrutan.
Aktivitas bank sangat sederhana, dengan peminjaman
berdasarkan-"collateral" menyebabkan perluasan dan pelanggaran
peraturan, termasuk batas peminjaman. Hambatan non-tarif, penyewaan oleh
perusahaan milik negara, subsidi domestik, hambatan ke perdagangan domestik,
dan hambatan ekspor seluruhnya
menciptakan gangguan ekonomi.
Krisis finansial Asia Tenggara
yang melanda Indonesia pada akhir 1997
dengan cepat berubah menjadi sebuah krisis ekonomi dan politik. Respon pertama
Indonesia terhadap masalah ini adalah menaikkan tingkat suku bunga domestik
untuk mengendalikan naiknya inflasi
dan melemahnya nilai tukar rupiah, dan memperketat kebijakan fiskalnya.
Pada Oktober 1997, Indonesia dan International Monetary Fund
(IMF) mencapai kesepakatan tentang program reformasi ekonomi yang diarahkan
pada penstabilan ekonomi makro dan penghapusan beberapa kebijakan ekonomi yang
dinilai merusak, antara lain Program Permobilan Nasional dan monopoli, yang
melibatkan anggota keluarga Presiden Soeharto. Rupiah masih belum stabil dalam
jangka waktu yang cukup lama. Karena pada
awal tahun 1990-an tersebut, ekonomi Indonesia mengalami overheating,
perkembangan permintaan tidak diimbangi dengan barang/jasa yang menjadi awal
mula terjadinya krisis moneter tahiun 1998 dan mengakhiri pemerintahan Orde
Baru
Pada Masa Reformasi ini perekonomian indonesia ditandai dengan krisis
monoter yang berlanjut menjadi krisis ekonomi yang sampai saat ini belum
menunjukkan tanda-tanda ke arah pemulihan. Walaupun ada pertumbuhan ekonomi
sekitar 6% untuk tahun 1997 dan 5,5% untuk tahun 1998 dimana inflasi sudah
diperhitungkan, namun laju inflasi masih cukup tinggi yaitu sekitar 100%. Pada
tahun 1998 hampir seluruh sektor mengalami pertumbuhan negatif, namun pada
tahun 1999 terjadi perbedaan pertumbuhan kondisi ekonomi Indonesia.
Pada masa
Pemerintahan Presiden BJ. Habibie di bulan agustus 1998, dalam mengawali masa
reformasi dan belum melakukan manuver-manuver yang cukup tajam dalam
bidang ekonomi maka Indonesia
dan IMF menyetujui program pinjaman dana untuk membantu dalam proses pemulihan
ekonomi. Selain itu, Habibie juga melonggarkannya untuk
mengendalikan stabilitas politik.
Di bulan Oktober 1999,
pada masa kepemimpinan Presiden
Abdurrahman Wahid program tersebut diperpanjang. Pada
saat itu masih belum ada tindakan yang cukup berarti untuk menyelamatkan negara
dari keterpurukan. Padahal, ada berbagai persoalan ekonomi yang diwariskan orde
baru dan harus dihadapi, antara lain masalah KKN (Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme), pemulihan ekonomi, kinerja BUMN, pengendalian inflasi, dan
mempertahankan kurs rupiah. Presiden pun terlibat skandal Bruneigate yang
menjatuhkan kredibilitasnya di mata masyarakat.
Pada masa
pemerintahannya masyarakat menaruh harapan besar kepada Gusdur meskipun dalam
hal perekonomian Indonesia mulai menunjukkan adanya perbaikan. Namun
selama pemerintahan Gusdur, praktis tidak ada satupun masalah di dalam negeri
yang dapat terselesaikan dengan baik. Selain itu hubungan pemerintah Indonesia
di bawah pimpinan Gusdur dengan IMF juga mulai tidak baik. Ketidakstabilan
politik dan sosial yang tidak semakin surut selama pemerintahan Abdurrahman
Wahid menaikkan tingkat country risk Indonesia. Makin rumitnya persoalan
ekonomi ditunjukkan oleh beberapa indikator ekonomi. Seperti pergerakan Indeks
Harga Saham Gabungan yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang negatif dan
rendahnya kepercayaan pelaku bisnis terhadap pergerakan nilai tukar rupiah
terhadap dolar AS.
Masa
pemerintahan Megawati Soekarno Putri mewarisi kondisi perekonomian Indonesia
yang sangat buruk. Namun kondisi nilai tukar rupiah memang baik. Tahun 1999
IHSG cenderung menurun, ini disebabkan kurang menariknya perekonomian Indonesia
bagi investor dan karena tingginya suku bunga deposito. Sehingga mengalami
masalah-masalah yang mendesak untuk diselesaikan,yaitu pemulihan ekonomi dan
penegakkan hukum. Inflasi yang dihadapi juga sangat berat. Rendahnya
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada masa pemerintahan Megawati disebabkan antara
lain masih kurang berkembangnya investor swasta, baik dalam negeri maupun
swasta.
Pada masa kepemimpinan Susilo
Bambang Yudhoyono terdapat kebijakan kontroversial, yaitu mengurangi subsidi
BBM, atau dengan kata lain menaikkan harga BBM. Kebijakan ini dilatar belakangi
oleh naiknya harga minyak dunia. Anggaran subsidi BBM dialihkan ke subsidi
sektor pendidikan dan kesehatan, serta bidang-bidang yang mendukung peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Kebijakan yang ditempuh untuk meningkatkan pendapatan
perkapita yang mengandalkan pembangunan infrastruktur massal untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi serta mengundang investor asing dengan janji memperbaiki
iklim investasi. Di satu sisi pemerintah berupaya mengundang investor dari luar
negri, tapi di lain pihak, kondisi dalam negeri masih kurang kondusif.
Walaupun
demikian, Indonesia telah mendapatkan kemajuan yang luar biasa dalam
menyediakan sumber keuangan dalam memenuhi kebutuhan pembangunan, dan situasi
ini dipersiapkan untuk terus berlanjut dalam beberapa tahun mendatang, subsidi
tetap merupakan beban besar pada anggaran pemerintah. Walaupun terdapat
pengurangan subsidi pada tahun 2005, total subsidi masih sekitar US$ 10 miliar
dari belanja pemerintah tahun 2006 atau sebesar 15 persen dari anggaran total.
Selain itu, Bank Indonesia juga menetapkan empat kebijakan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, yakni BI rate, nilai tukar, operasi
moneter dan kebijakan makroprudensial untuk pengelolaan likuiditas, serta
makroprudensial lalu lintas modal.
Pada 2010
Ekonomi Indonesia sangat stabil dan tumbuh pesat. PDB bisa dipastikan melebihin
Rp 6.300 Trilyun meningkat lebih dari
100 kali lipat dibanding PDB tahun 1980. Setelah India dan China, Indonesia
adalah negara dengan ekonomi yang tumbuh paling cepat diantara 20 negara
anggota Industri ekonomi terbesar di dunia G20.
Perekonomian Indonesia pada kuartal IV-2013 sedikit membaik dengan mencatat laju pertumbuhan year-on-year menjadi 5,72% meski lebih rendah jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yaitu 6,18%. Hal ini terutama disebabkan oleh tekanan pada transaksi berjalan dan pelemahan nilai tukar rupiah yang dibarengi dengan kenaikan laju inflasi. Tekanan pada transaksi berjalan yang mengalami defisit selama tiga kuartal terakhir mendorong peningkatan suku bunga acuan sehingga menekan investasi. Meski defisit transaksi berjalan menurun signifikan dari USD 8,5 miliar pada kuartal sebelumnya menjadi USD 4 miliar pada kuartal IV-2013, laju pertumbuhan ekonomi tahun 2013 hanya mencapai 5,78% lebih rendah dari laju pertumbuhan ekonomi tahun 2012 yang mencapai 6,23%.
Perekonomian Indonesia pada kuartal IV-2013 sedikit membaik dengan mencatat laju pertumbuhan year-on-year menjadi 5,72% meski lebih rendah jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yaitu 6,18%. Hal ini terutama disebabkan oleh tekanan pada transaksi berjalan dan pelemahan nilai tukar rupiah yang dibarengi dengan kenaikan laju inflasi. Tekanan pada transaksi berjalan yang mengalami defisit selama tiga kuartal terakhir mendorong peningkatan suku bunga acuan sehingga menekan investasi. Meski defisit transaksi berjalan menurun signifikan dari USD 8,5 miliar pada kuartal sebelumnya menjadi USD 4 miliar pada kuartal IV-2013, laju pertumbuhan ekonomi tahun 2013 hanya mencapai 5,78% lebih rendah dari laju pertumbuhan ekonomi tahun 2012 yang mencapai 6,23%.
KESIMPULAN
Dari uraian perbandingan
perekonomian indonesia dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.
Orde
Lama :
1.
Sektor Pertanian masih menjadi sektor yang
dominan dalam perekonomian Indonesia baik masa penjajahan maupun masa Orde Lama
2. Perekonomian berjalan lambat, karena berbagai
fatktor seperti adanya politik mercusuar, pergantian cabinet yang terlalu
sering, dan terjadi pergolakan politik.
3.
Kepemimpinan Suekarno anti bantuan asing dan berdaulat
ke dalam.
4. Untuk membangun ekonomi,sangat diperlukan
stabilitas politik yang bagus dan kinerja pemerintah yang terfokus.
5.
Kebijakan ekonomi suatu negara sangat
dipengaruhi sistem politik negara tersebut. Terlihat pada masa demokrasi
terpimpin, ketika pollitik kita cenderung kea rah sosialis, ekonomi kita juga
bergeser ke arah ekonomi sosialis.
6. Pada masa Orde Lama, kebijakan membuka diri
untuk masuknya modal asing cenderung menaikkan perekonomian, dan kebijakan
menutup modal asing cenderung menurunkan perekonomian.
Orde
Baru :
1. Pemerintahan
Orde Baru diawali dengan kondisi ekonomi peninggalan Orde Lama yangkurang bagus
yaitu adanya inflasi yang tinggi dan stabilitas nasional yang terganggu.
2.
Kepemimpinan
Sueharto pro terhadap bantuan asing dan berdaulat keluar.
3. Pemerintah
Orde Baru mengambil kebijakan stabilisasi dan rehabilitasi perekonomidengan
menekan inflasi dan mengendalikannya serta memperbaiki sendi perekonomiandengan
memperbaiki kemampuan berproduksi.
4. Pemerintahan Orde Baru juga berfokus pada stabilitas politik agar pembangunanekonomi tidak
terganggu.
5.
Pembangunan
membutuhkan modal sehingga pemerintah Orde Baru mengambil kebijakan untuk
membuka diri dengan negara-negara Barat agar investor bisa masukdan hasilnya
pembangunan ekonomi secara makro bisa dikatakan berhasil
6.
Ada
beberapa peristiwa terkait ekonomi pada masa Orde Baru,yaitu kenaikan harga minyak
dunia pada tahun 1974 dan tahun 1980, resesi ekonomi dunai tahun 1984 pencapain
swasembada pangan dan terjadinya overheating ekonomi pada awal tahun 1990-an.
7.
Perekonomian
Indonesia secara umum mengalami transformasi struktural dimana porsi sektor
perekonomian terhadap GDP mulai menurun dan porsi sektor industri manufaktur meningkat.
8.
Perekonomian
Indonesia pada tahun 1970-an masih tergantung pada ekspor migas,dan setelah
terjadi resesi ekonomi, pemerintah mengambil kebijakan untuk memperkuat sektor
non-migas dengan melakukan deregulasi dalam bidang ekonomi.
9.
Pada
awal tahun 1990-an,ekonomi Indonesia mengalami overheating, perkembangan permintaan
tidak diimbangi dengan barang/jasa yang menjadi awal mula terjadinya krisis
moneter tahiun 1998 dan mengakhiri pemerintahan Orde Baru.
Reformasi :
1.
Perekonomian
indonesia ditandai dengan krisis monoter yang berlanjut menjadi krisis ekonomi.
2.
pertumbuhan
ekonomi sekitar 6% untuk tahun 1997 dan 5,5% untuk tahun 1998 dimana inflasi
sudah diperhitungkan, namun laju inflasi masih cukup tinggi yaitu sekitar 100%.
3.
Pada tahun
1998 hampir seluruh sektor mengalami pertumbuhan negatif, namun pada tahun 1999
terjadi perbedaan pertumbuhan kondisi ekonomi Indonesia.
4. Pada
pemerintahan Habibie terjadi berbagai macam kebijakan ekonomi yang berdampak
pendapatan modal dari lMF, untuk perekonomian indinesia. Habibie juga melonggarkannya
untuk mengendalikan stabilitas politik.
5.
Selama
pemerintahan Abdurrahman Wahid menaikkan tingkat country risk Indonesia.
Makin rumitnya persoalan ekonomi ditunjukkan oleh beberapa indikator ekonomi.
Seperti pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan yang menunjukkan pertumbuhan
ekonomi yang negatif dan rendahnya kepercayaan pelaku bisnis terhadap
pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
6. Tahun 1999
IHSG cenderung menurun, ini disebabkan kurang menariknya perekonomian Indonesia
bagi investor dan karena tingginya suku bunga deposito.
7. Pada masa kepemimpinan Susilo
Bambang Yudhoyono terdapat kebijakan kontroversial, yaitu mengurangi subsidi
BBM, atau dengan kata lain menaikkan harga BBM. Kebijakan ini dilatar belakangi
oleh naiknya harga minyak dunia.
8.
Pada
tahun 2010 hingga sekarang, perekonomian
Indonesia sangat stabil dan tumbuh pesat. Terdapat peningkatan
kinerja perekonomian yang didorong oleh pertumbuhan sektor jasa dan ekspor neto.
DAFATAR
PUSTAKA
1. Dumairy. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga. 1999
3. Wiharyanto, Kardiyat .Pergantian
Kekuasaan di Indonesia tahun 1800. SPSS. Vol 21. No.21. 1 April 2007
6. Mas’oed, Mochtar. 1989.
“Stabilisasi dan Pembangunan Ekonomi yang Berorientasi ke Luar” dalam Ekonomi
dan Struktur Politik Orde Baru 1966-1971, Jakarta: LP3ES, pp.59-126
7. Perdana, Ari A., 2001.
Peranan “Kepentingan” Dalam Mekanisme Pasar dan Penentuan Kebijakan Ekonomi di
Indonesia. CSIS Working Paper Series, WPE 061.
No comments:
Post a Comment